
Malang, 7 Juli 2025 — Gagasan kampus berdampak selama ini kerap dipandang sekadar jargon akademik. Namun, Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) membuktikan bahwa konsep ini dapat menjelma menjadi gerakan sosial yang konkret, berkelanjutan, dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Rektor Unikama, Dr. Sudi Dul Aji, M.Si., dalam Seminar Wild Synergy Youth for Nature yang dihadiri Wali Kota Malang, menegaskan peran kampus sebagai agen pemberdayaan sosial.
“Kampus berdampak itu bukan sekadar retorika, tetapi harus diwujudkan dalam program-program nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Kami punya desa binaan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, mendukung pembentukan Koperasi Merah Putih, dan terlibat dalam pelestarian lingkungan,” ungkapnya, dikutip dari HaiMalang.com (29/5/2025).
Dalam program desa binaan, mahasiswa Unikama aktif mendampingi warga membangun kemandirian ekonomi. Pendampingan ini tidak hanya berhenti pada edukasi teknis, tetapi juga menyasar pembentukan ekosistem usaha yang berkelanjutan. Salah satu bentuknya adalah pelatihan manajemen koperasi berbasis standar OJK, yang bertujuan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas usaha rakyat.
Lebih dari sekadar mendampingi UMKM, Unikama juga menginisiasi kegiatan konservasi lingkungan, seperti penanaman bakau dan kampanye kebersihan kawasan pesisir. Mahasiswa terlibat langsung, bukan sebagai relawan sesaat, melainkan sebagai penggerak yang konsisten.
Menurut Dr. Sudi, program ini berangkat dari kesadaran bahwa kampus tidak boleh terjebak dalam “menara gading” yang hanya sibuk mengejar akreditasi dan publikasi ilmiah.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya pintar di kelas, tapi juga memiliki kepekaan sosial dan keberanian menghadapi tantangan nyata di lapangan,” tegasnya.
Secara akademik, kampus berdampak adalah perwujudan paling nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam aspek pengabdian kepada masyarakat. Pendekatan ini juga selaras dengan gagasan Paulo Freire yang menekankan pendidikan sebagai alat pembebasan sosial, bukan sekadar transmisi teori.
Lebih jauh, program Koperasi Merah Putih yang diinisiasi Unikama memiliki tujuan jangka panjang: memperkuat ekonomi lokal, menciptakan ruang usaha yang adil, serta meningkatkan ketahanan masyarakat menghadapi krisis ekonomi.
“Kami akan terus mendampingi masyarakat, memberikan pelatihan hingga masyarakat benar-benar mandiri. Ini bukan proyek sesaat, tetapi gerakan kolektif jangka panjang,” tambah Dr. Sudi.
Melalui inisiatif ini, Unikama menggeser makna kampus dari sekadar ruang akademik menjadi pusat transformasi sosial yang berdampak nyata. Dengan demikian, mahasiswa bukan hanya dilatih menjadi tenaga kerja, tetapi juga dipersiapkan menjadi pemimpin yang mampu membaca kebutuhan dan memberikan solusi bagi masyarakat.
Penutup
Unikama telah menunjukkan bahwa kampus berdampak bukan hanya slogan. Ia menjelma menjadi gerakan yang memadukan ilmu, empati, dan keberanian untuk hadir di tengah persoalan masyarakat. Di situlah letak hakikat tertinggi pendidikan tinggi: ilmu yang benar-benar hidup, bekerja, dan memanusiakan manusia.